Kamis, 28 Maret 2013

Berseminya Cinta Di Musim Semi

Karya: Sabilla Chaerunnisa


Aku remaja berusia 18 tahun tinggal di Indonesia bersama pamanku. Kedua orang tuaku tinggal di Paris karena urusan pekerjaan. Pada suatu saat aku dihubungi mamaku karena kedua orang tuaku sangat merindukanku. Dua minggu kemudian, aku berangkat menuju Paris untuk menemui kedua orang tuaku. Setelah sampai di bandara Paris Charles de Gaulle sekitar pukul 7 malam waktu Paris, aku makan malam di restoran yang ada di bandara tersebut. Di tengah perjalanan, aku bertabrakan dengan seorang laki-laki muda, sepertinya dia juga orang Indonesia
.
 “Hey, apakah kamu orang Indonesia?” tanyaku. 

“Ya, aku orang Indonesia. Maaf karena aku telah menabrak kopermu. Aku harus buru-buru untuk menyelesaikan pekerjaanku” laki-laki itu menjawab lalu pergi. 

 Setelah makan malam, aku menuju rumah kedua orang tuaku yang tidak jauh dari bandara. Sesampainya di rumah, aku masih mengingat laki-laki tadi, rasa penasaranku mulai muncul. 

“Siapakah laki-laki tadi? Mengapa dia sudah bekerja padahal masih terlihat muda? Siapakah namanya?” tanyaku dalam hati. 

 ••• 

 Satu minggu kemudian, aku berencana untuk mengelilingi kota Paris dan menikmati keindahan musim semi. Aku mendatangi Menara Eiffel karena sudah terlalu lama tidak menginjakan kakiku di Menara Eiffel. Disana aku melihat laki-laki yang menabrak koperku minggu lalu di bandara. Dia terlihat sedang menyendiri dan akhirnya aku pun mendatanginya. 

“Kamu…? Bukankah yang menabrak koperku minggu lalu di bandara?” tanyaku.

 “Sepertinya benar, aku minta maaf sekali lagi. Namaku Aldi, aku tinggal di Paris karena urusan pekerjaan. Aku pengusaha muda dari Indonesia yang dikirim untuk bekerja di Paris. Siapa nama kamu?” dia bertanya dengan senyuman. 

“Namaku Sabilla. Aku tinggal di Paris karena orang tuaku tinggal disini.” 

 “Apakah kamu ingin menemaniku mengelilingi keindahan Menara Eiffel?” dia bertanya lagi.

 “Oh, tentu saja.” jawabku dengan senang hati. 

••• 

 Aku mulai berkomunikasi melalui pesan dengan dia. Aku merasa sangat nyaman berada didekatnya setelah kejadian di Menara Eiffel. Beberapa bulan kulewati, aku sering mengelilingi kota Paris bersama dirinya. Aku merasa, inilah yang dinamakan jatuh cinta. Dia sangat perhatian dan baik terhadapku, dia selalu meluangkan waktunya untukku walaupun sebenarnya dia sibuk dengan pekerjaannya.

 Musim semi telah tiba, dia mengajakku kembali untuk menjelajahi kota Paris. Akhirnya, kita memutuskan untuk pergi ke taman Chateau de Marqueyssac, taman teromantis. Aku dipaksa untuk menutup mataku dengan dasi miliknya. Setelah sampai disana, aku terkejut karena kami berdua dikelilingi oleh lilin-lilin yang begitu banyak. Lalu kami memesan makanan, setelahnya dia mengasih bunga kepadaku. Ternyata dia sangat romantis. 

“Kamu adalah ciptaan Tuhan yang paling indah. Siapapun yang menyia-nyiakan kamu, dia adalah orang paling bodoh. Aku senang berada didekatmu, aku tidak melihat sisi kurangmu, disitulah aku berfungsi untuk melengkapi kekuranganmu. Disini aku berikan yang spesial dan terbaik untukmu. Kurasa ini memang waktunya untuk kubicarakan. Aku cinta sama kamu. Apakah kamu ingin mengisi hari-hariku dengan menjadi lebih dari sekedar teman?” katanya.

 “Dari awal aku terkagum denganmu. Bagaimana bisa setelah pertemuan di bandara hatiku langsung luluh? Apakah ini yang dinamakan cinta? Ya, aku ingin mencoba menjadi bagian dari hidupmu. Aku ingin kita menjalaninya dengan saling melengkapi.” jawabku. Aldi memelukku dengan perasaan bahagia.

 •••

 Lima tahun telah aku lewati hari dengannya. Hari-hari kulewati dengan bahagia. Tepat 11 Agustus, aku dikabarkan oleh ayahnya bahwa dia masuk rumah sakit. Aku segera menuju ke rumah sakit Altec. Dia dirawat inap di kamar nomor 118 ruang France Rose.

 “Sayang, maafkan aku, karena selama aku kenal denganmu, aku menyimpan rahasia karena aku gak mau kamu sedih, aku hanya ingin melihat kamu tersenyum bahagia, karena senyum kamu adalah hadiah Tuhan dari surga. Aku sebenarnya mengidap penyakit kanker ganas, sudah stadium akhir. Tetap tersenyum dan jangan sedih karena melihatku terbaring tak berdaya. Aku sayang kamu, selamat untuk lima tahun hubungan kita. Aku gak bisa ngasih yang terbaik, tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk membahagiakanmu.” ucapnya, lalu dia koma.

 “Aku gak minta apa-apa dari kamu, aku senang apabila kamu sudah berusaha membuatku bahagia, tetapi caramu salah. Dari awal seharusnya kamu bilang denganku tentang penyakit kamu. Walaupun aku tau, aku gak akan ninggalin kamu sendiri, aku akan jagain kamu. Sekarangpun, aku akan setia menjagamu.” aku berbisik sambil menangis, ternyata dia meneteskan air matanya. 

Setelah dari rumah sakit, aku pulang dan aku selalu berfikir bagaimana caraku untuk membalasnya, kebahagiaanku tidak berarti kalau tidak ada dia disampingku. Aku sangat menyayanginya, sehat ataupun dalam keadaan sakit seperti sekarang.

 ••• 

Tiga hari setelahnya, HPku bergetar dan dilayar tersebut ayahnya Aldi meneleponku. 

“Kamu dimana?” tanya ayahnya.

 “Dirumah, Om. Ada apa? Bagaimana kabar Aldi?” aku menjawab.

 “Aldi sudah sadarkan diri, dia selalu menyebut nama kamu. Apakah kamu bisa datang ke rumah sakit untuk menemuinya?” bilang ayahnya. 

“Tentu, Om. Segera aku ke rumah sakit.” aku memastikan dan percakapanpun terhenti.

 ••• 

Aku sampai di rumah sakit, Aldi menatapku dengan perasaan bahagia. 

“Kamu apa kabar? Aku bisa sadarkan diri karena aku sangat merindukanmu. Aku sangat mencintaimu. Apakah kamu ingin menemaniku jalan-jalan berkeliling rumah sakit?” katanya dengan mengajak.

 “Ya, tentu saja, sayang.” aku berusaha untuk membahagiakannya. 

••• 

Aku mengajaknya pergi ke taman di dalam rumah sakit dengan mendorongnya menggunakan kursi roda. Hati ini sangat sedih melihat sekarang dia hanya bisa duduk di kursi roda, tetapi dulu dia rela mengajakku ke taman paling romantis. 

“Sayang, taman ini gak jauh beda romantisnya dengan taman yang tepat lima tahun lalu aku meminta kamu untuk menjadi orang yang spesial. Perasaanku ke kamu pada saat itu gak berubah sampai sekarang, walau berbeda tempat. Semua akan romantis dan berjalan dengan bahagia apabila dijalani oleh kita.” katanya. 

“Aku gak peduli apakah harus di taman, atau bahkan di ruang rumah sakitpun aku tetap bahagia kalau dekat kamu. Sungguh, aku gak akan pernah bisa jauh dari kamu.” aku berterus terang. 

“Antar aku lagi ke ruanganku.” dia meminta. 

“Baik, sayang.” 

•••

 Di depan pintu ruangannya, dia mengatakan sesuatu. 

“Aku sangat menyayangimu.” 

Setelah dibaringkan kembali oleh suster, dia kembali koma. Aku menunggu dari luar. Tetapi, beberapa jam kemudian, Tuhan berkehendak lain. Nafasnya telah terhenti. Aku menangis tersedu-sedu. Tetapi ayahnya menitipkan surat kepadaku, surat terakhir dari Aldi untukku.


Paris, 14 Agustus
Kamu adalah ciptaan Tuhan yang paling indah. Seperti yang kukatakan saat pertama kali aku mengucapkan cinta kepadamu. Aku hanya ingin meminta maaf karena aku gak bisa jadi yang terbaik, jangan sedih apabila aku pergi, kamu harus tetap mencari kebahagiaanmu, aku sungguh mencintaimu, tetapi aku tidak bisa mewujudkannya. Terima kasih karena lima tahun tiga hari kamu telah membuat hariku menjadi sangat berwarna. Salamkan untuk mama dan papa kamu, aku minta maaf karena tidak bisa membahagiakanmu, aku yakin kamu bisa mendapatkan yang lebih dariku. Kamu memang tidak sempurna, tapi karena janji kita yang saling melengkapi, kita menjadi pasangan yang sempurna. Maafkan semua kesalahanku dan doakan aku. I Love You.

Salam rindu,
Aldi

Setelah kepergiannya, aku sering terdiam, membayangkan masih ada dirinya disampingku. Aku sangat merindukannya. Aku baru menyadari betapa pentingnya arti cinta.

 Dua bulan setelah kepergiannya, aku pun kembali ke Indonesia. Aku ke Paris dengan tangan kosong, sedangkan pulang dari Paris aku membawa duka yang begitu dalam.

Tuhan sudah merencanakan semuanya, walaupun menurut kita dialah orang yang terbaik, tetapi menurut Tuhan belum tentu yang terbaik.

Semua butuh proses, seperti halnya memperjuangkan kebahagiaan pasangannya dengan memberikan sisa hidupnya.

 ♥ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar